Jumat, 26 April 2013

Berfikir DEDUKTIF

BERPIKIR DEDUKTIF

Ada dua jenis metode dalam menalar , salah satunya adalah Metode deduktif.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. (http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran diakses pada tanggal 26 april pukul 23.35 wib)

Deduksi berasal dari bahasa inggris yaitu deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum1. Berpikir deduktif atau berpikir rasional sebagian dari berpikir ilmiah. Dalam logika deduktif, menarik suatu kesimpulan dimulai dari pernyataan umum menuju pernyataan-pernyataan umum khusus dengan menggunakan penalaran atau rasio(berpikir rasional). Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan-kesimpulan.
Contoh berpikir deduktif :
Hukum dalam fisika menyatakan bahwa setiap benda padat kalau dipanaskan, akan
memuai(pernyataan umum). Besi dan seng adalah benda padat(pernyataan kedua atau fakta-fakta khusus). Oleh sebab itu, besi dan seng jika dipanaskan akan memuai(kesimpulan atau pernyataan khusus). 
Proses penarikan kesimpulan seperti dalam contoh diatas dinamakan logika deduktif. Pertanyaan atau masalah yang timbul adalah : apabila besi dan seng dipanaskan pada temperatur yang sama, manakah yang lebih cepat proses pemuaiannya?.
Dari pertanyaan tersebut dapat diturunkan sejumlah praduga atau hipotesis. Misalnya :
a. Tidak dapat perbedaan kecepatan pemuaian antara besi dengan seng apabila dipanaskan pada temperatur yang sama.
b. Jika keduanya dipanaskan pada temperatur yang sama, seng lebih cepat pemuaiannya dibandingkan dengan besi.
c. Jika keduanya dipanaskan pada temperatur yang sama, besi lebih cepat pemuaiannya dibandingkan dengan seng.
Diantara ketiga hipotesis diatas, hipotesis manakah yang paling benar?
Salah satu cara untuk membuktikannya, bisa dengan mengkaji teori yang berkenaan dengan konsep-konsep pemuaian dalam pelajaran fisika. Dengan perkataan lain, menggunakan argumentasi teoritis melalui penalaran, tidak menggunakan bukti-bukti secara empiris.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa dalam berpikir deduktif, proses berpikir hanya sampai kepada menurunkan hipotesis. Pengujian hipotesis secara empiris melalui verifikasi data tidak dilakukan. Itulah sebabnya berpikir deduktif baru sebagian saja dari berpikir ilmiah.

Macam – Macam Penalaran Deduktif
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a.      Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
b.     EntimenEntimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar